KesehatanLingkunganPekanbaruRiau

Selain Covid-19, DBD Juga Ancam Kesehatan Masyarakat Riau

PEKANBARU, Riauandalas.com- Tak hanya virus corona atau Covid-19, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) juga mengancam Riau. Buktinya hingga saat ini sudah ada sembilan (9) warga Riau meninggal dunia karena DBD.

Informasi teresebut dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir, akhir pekan lalu di Pekanbaru, jika data tersebut terhitung sejak Januari hingga Maret 2020. Dimana 9 warga yang meninggal dunia teresebut merupakan warga dari Kampar sebanyak 1 orang, 2 dari Kuantan Singingi (Kuansing),1 dari Siak dan satu dari Kepulauan Meranti yajg tercatat selama bulan Januari 2020.

“Kemudian di bulan Februari, 1 dari Pekanbaru, 2 dari Indragiri Hilir, (Inhil), dan 1 orang meninggal di bulan Maret dari Kabupaten Siak,” jelasnya.

Sedangkan untuk jumlah kasus DBD pada Januari, sebut Mimi, ada sebanyak 790 kasus, Februari 565 dan Maret 420. Untuk di bulan Januari, daerah yang paling banyak ditemukan kasus DBD yakni Bengkalis dengan jumlah 136, kemudian Pekanbaru 126 dan Kuantan Singingi 102 kasus.

“Pada bulan Februari, Kota Pekanbaru jadi daerah yang banyak ditemukan kasus DBD yakni sebanyak 98, Dumai 84 dan Bengkalis 75. Kemudian Maret, Pekanbaru banyak juga ada 82 kasus, kemudian Dumai 70 dan Bengkalis 60,” paparnya.

Untuk mencegah penyebaran penyakit DBD, kata Mimi, bisa dilakukan dengan cara kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) mulai dari lingkungan rumah masing-masing. Kegiatan PSN harus difokuskan pada tempat-tempat yang disukai nyamuk Aedes Aegypti.

“Nyamuk Aedes Aegypti ini suka di genangan air yang tidak bersentuhan dengan tanah secara langsung. Seperti misalnya bak kamar mandi, tempat penampungan air, air pembuangan kulkas tempat minum burung, pot bunga, dispenser air minum, atau barang bekas di sekitar rumah dan lainnya,” sebutnya.
Karena itu, Mimi mengimbau kepada masyarakat membersihkan tempat-tempat dimaksud, pastikan tidak terdapat jentik nyamuk.

“Karena satu jentik nyamuk betina, dalam 12-14 hari akan berubah jadi nyamuk dewasa. Dan satu nyamuk betina dewasa sekali bertelur bisa mencapai 100-150 butir telur,” terangnya.

“Kemmudian dalam masa hidup nyamuk betina dewasa berkisar satu bulan, bisa bertelur hingga lebih kurang empat kali. Jadi bisa dibayangkan satu nyamuk betina bisa bertelur hingga 600 telur sebulan. Jadi jika melihat ada jentik berarti kita terancam demam bisa,” katanya.

Mimi menambahkan, nyamuk Aedes Agypti jam kerjanya pada pagi hari mulai pukul 09.00-10.00 WIB, dan sore hari pada pukul 15.00-16.00 WIB.

“Kita mengimbau masyarakat untuk memakai selalu lotoin anti nyamuk, terutama bagi anak-anak, baik mau berangkat sekolah pagi hari atau saat bermain sore hari,” tutupnya