PemerintahanRiauSosial&Budaya

Mahmud Marzuki dan Sultan Narasinga II Resmi diusulkan Pahlawan Nasional

sekda-prov-riau-hadir-sekaligus-membuka-seminar-pahlawan-nasional-narasinga-ii-mahmud-marzuki-tahun-2016-di-h-aryaduta

PEKANBARU, Riau Andalas.com –  Setelah melakukan penelitian dalam mengenang jasa pahlawan,  Pemerintah Provinsi Riau resmi mengusulkan  dua nama tokoh Riau menjadi pahlawan tingkat nasional.  Yaitu Mahmud Marzuki dari Kabupaten Kampar dan Sultan Narasinga II dari Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu).

Menurut Sekdaprov Riau Muhamad Hijazi, Kedua tokoh yang diusulkan sebagai pahlawan nasional tersebut telah menunjukan contoh dan tauladan berjuang tanpa pamrih dan balas jasa untuk Riau. Dimana mereka telah mewariskan nilai-nilai luhur, jujur dan ikhlas dalam berjuang.

sekda-prov-riau-hadir-sekaligus-membuka-seminar-pahlawan-nasional-narasinga-ii-mahmud-marzuki-tahun-2016-di-h-aryaduta

Pengusulan tersebut,  katanya merupakan komitmen Pemprov riau dalam mengenang jasa pahlawan sesuai dengan sikap intergritas sesuai peringatan Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI) yang akan dilasanakan di Provinsi Riau 8-12 Desember mendatang.

Ditambahkanya, Pemprov Riau sangat mengucapkan terima kasih kepada Dinas Sosial melalui Tim Pengkaji Peneliti Gelar Daerah (TP2GD) dan Tim Dewan Gelar Daerah (DGD) yang telah bertungkuslumus mulai dari penyusunan ini.  Karena tidak dapat dipungkiri bahwa hampir seluruh wilayah pernah terjadi perlawanan fisik maupun non fisik terhadap kolonialisme asing dengan cita-cita melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

“Banyak perjuangan ataupun perlawanan yang telah dilakukan oleh rakyat Riau di dalam menghadapi penjajahan asing. Diantaranya Sultan Mahmudsyah I, Sultan Ibrahim, Raja Narasinga, Panglima Ali, Tuanku Tambusai, Datuk Tabano, Sultan Syarif Kasim II, Mufti Indragiri Abdurachman Siddiq dan lainnya.  Dimana semuanya itu memiliki satu tujuan, yakni ingin melepaskan diri dari cengkeraman penjajahan asing”  katanya kedepan akan menjadi kajian mendalam bagi Riau kedepan.

Dari beberapa pahlawan Riau diatas tambahnya, Tuanku Tambusai bergelar Harimau Rokan dan Sultan Syarif Kasim II, sudah dikukuhkan oleh pemerintah sebagai pahlawan nasional, Panglima Besar Reteh Tengku Sulung dari Kabupaten Indragiri Hilir telah dianugerahi Bintang Maha Putra Utama tahun 2003. Sultan Zainal Abidin dari Kabupaten Rokan Hulu sebagai pejuang terhadap Portugis yang dipimpin oleh Narasinga yang merupakan Sultan Indragiri Pertama, dengan memilih Pekantua sebagai pusat kerajaan yang juga dilantik menjadi Sultan Indragiri dengan gelar Maulana Paduka Sri Sultan Alauddin Iskandar Syah Johan pada tahun 1508.

“Narasinga merupakan pemimpin perang dan menjadi andalan Sultan Mahmudsyah I di dalam melawan imperialisme Portugis. Pada suatu kesempatan pasukan Narasinga bertemu dengan pasukan Portugis, maka terjadilah perang di laut, pasukan Narasinga mengalami kekalahan. Pada pertempuran tersebut Narasinga berhasil menangkap pasukan Portugis yang bernama Jenderal Padri Marlos, dan dibawa Narasinga ke Indragiri, pada akhirnya menjadi sahabat Narasinga, dan dimakamkan di Kota Lama Kabupaten Indragiri Hulu,” ujarnya.

Sedangkan Mahmud Marzuki merupakan perjuang terhadap penjajahan yang tidak diragukan, baik pada zaman Jepang sampai kepada mempertahankan kemerdekaan. Pada perjuangan menghadapi Jepang dengan senjata dan dakwah th 1942, Mahmud Marzuki dalam jabatan su sangi kai sejenis parlemen di tingkat provinsi dari wakil masyarakat Kampar, sambil mengadakan dakwah untuk menanamkan kesadaran nasional percaya kepada diri sendiri kepada masyarakat, penyampaian dengan halus dan bijaksana.

“Peran dan perjuangan Mahmud Marzuki di masa proklamasi kemerdekaan juga berperan aktif dengan Muhammad Amin berangkat ke Padang untuk mencari tahu akan kebenaran berita proklamasi, maka sesampainya di Kampar Mahmud Marzuki sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Kampar, bersama-sama tokoh pemuda lainnya menaikan bendera merah putih dan proklamasi berkumandang di Kampar,”

“Perjuangan Mahmud Marzuki memimpin perlawanan rakyat Kampar menghadapi masuknya kembali Belanda ke Kampar, berlangsung antara akhir Agustus 1945 sampai meninggalnya pada 5 Agustus 1946.  Dimana semangat anti kolonial terus berkobar dikalangan rakyat terbukti berlangsung perang gerilya di Kampar pada periode 1947 sampai penyerahan kedaulatan 27 Desember 1949,” tutur Hijazi.  (dre).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *