PendidikanRohul

Nasib Pendidikan Di Rohul 123 Murid SMP LPMD Masih Numpang Di Gedung Bekas

ROKAN HULU, Riau Andalas.com – Sekitar 123 pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Suka Maju, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), saat ini numpang belajar di bekas gedung tua SRDP.

Bangunan tua bekas kantor SRDP di Jalan Diponegoro KM 7 Desa Suka Maju, Kecamatan Rambah, kondisinya memprihatinkan. Bahkan, semula gedung tua yang sudah rusak parah, dilakukan perbaikan secara swadaya oleh masyarakat.

Ditanya ke ‎Kepala SMP LPMD Suka Maju Hj. Nurbaiti MM.Pd, dirinya mengatakan bahwa SMP LPMD sudah didirikan sejak 2015 silam dengan Yayasan, merupakan idenya. Awalnya, itu tercetus dari almarhum M.Rivai (mantan Kadis PUPR) Rohul yang juga saudara Hj Nurbaiti namun untuk mendirikan SMA atau SMK. Tetapi karena di Desa Suka Maju belum ada SMP, maka dirinya bersikeras lebih memilih membangun SMP meski belum mempunyai bangunan sendiri.

“Sebelumnya di desa kami ini banyak anak-anak yang putus sekolah. Ada yang tamat SD langsung menikah dan tidak lama cerai. Sehingga sebagai bentuk tanggungjawab ke kampung halaman dan masyarakat Sukamanju, maka saya lebih memilih mendirikan SMP,” sebut Nurbaiti, Kamis (8/11/2017).

Jelas Nurbaiti lagi, awal mendirikan SMP LPMD Suka Maju, dirinya harus berjuang bahkan rela memakai biaya sendiri, termasuk untuk gaji 9 guru honorer Rp 3 juta lebih per bulan dan biaya operasional hingga saat ini. Bukan hanya itu, pembelian buku sekolah untuk belajar anak-anak juga menggunakan uang pribadinya.

“Setiap tiga bulannya saya harus menyiapkan‎ sekitar Rp 10 juta lebih untuk gaji guru dan operasional,” jelas mantan‎ guru SMPN 1 Rambah juga pernah menjabat Kepala Sekolah SMPN 3 Rambah.

Perjuangan Nurbaiti bukan hanya sampai disitu, karena kemauannya yang keras mendirikan SMP LPMD Suka Maju, dirinya sampai-sampai menjual mobil. Malahan, saat ini sudah ratusan juta uangnya habis untuk memperbaiki gadung bekas SRDP yang disulap menjadi sekolah tersebut.

Apalagi, dalam menutupi gaji guru honorer dan biaya operasional sekolah, Nurbaiti juga memakai uang pribadi dari uang hasil panen dari kebun‎nya.

“Karena saat ini sekolah kita masih bentuk yayasan, dan belum dapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Rohul baik itu dana BOS,” katanya.

Kemudian, hingga tahun ini sebut Nurbaiti lagi, jumlah siswa SMP LPMD Suka Maju sudah ‎123 orang, terdiri 54 siswa Kelas VII, 54 siswa Kelas VIII, dan 34 siswa Kelas IX.‎Siswa tidak dikenakan biaya‎pendidikan sama sekali.

Tenaga pendidik sendiri sudah mencukupi, yakni ada 9 guru honor dan 3 PNS yang mengajar di SMP LPMD Suka Maju. 12 guru ini dimaksimalkan‎ mengajar ratusan siswa di empat kelas tempat belajar.

“Saya sudah bertemu Pak Bupati, katanya ‘nanti kita urus’,” jelasnya.

Nurbaiti mengakui, mendirikan SMP LPMD Suka Maju bukan untuk mengejar karir, namun bagaimana agar anak-anak di Desa Suka Maju tidak putus sekolah lagi.

“Karena sudah saya menganggap masih anak saya sendiri. Saya iba melihat mereka tidak sekolah. Tamat SD ada yang menikah, dan tidak lama bercerai,” ungkapnya lagi.

Malahan ide Nurbaiti mendirikan SMP LPMD sempat dicemooh masyarakat, termasuk oknum guru dari sekolah SMPN lainnya. Malahan ada yang menyatakan, tamatan dari sekolah yang didirikannya tidak bisa bersekolah di sekolah lainnya.

Semula, ada 50 lebih siswanya, dan sempat berkurang.‎ Namun demikian Nurbaiti tidak patah semangat untuk meyakinkan masyarakat, bahwa sekolahnya sudah terdaftar di Disdikpora Kabupaten Rohul.

“Alhamdulillah, kini masyarakat sudah banyak tahu bagaimana pentingnya arti‎ pendidikan, dan sekolah kita terdaftar” ucapnya.

Nurbaiti sangat berharap, pemerintah membantu sekolahnya agar bisa punya gedung sendiri, dan menjadi sekolah negeri.

Kemudian dikatakan seorang siswi Kelas VIII SMP LPMD Suka Maju, Rismayana mengakui, mereka sangat berharapkan pemerintah membangun sekolah mereka agar bisa belajar nyaman.

Diakui Rismayana, bila hujan turun, maka proses belajar sedikit terganggu karena ada atap yang bocor. Demikian juga air hujan tampias, masuk ke dalam kelas karena tidak ada jendela.

“Berharap ke Bupati dan Pemerintah daerah, agar bisa membangun sekolah kami agar lebih bagus lagi, sehingga kami belajar lebih nyaman dan tenang,” harap Rismayana.        **( Alfian)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *