AndalasBerita utamaPekanbaruPendidikanRiauSosial&BudayaSumateraTerkini

Hari Ini PBA FAI UIR Kunjungi Museum Sang Nila Utama

Abdul Kadir, S.Pd., M.Pd., M.I.Kom., Dosen Pembimbing bersama Mahasiswa PBA FAI UIR

PEKANBARU, Riauandalas.com –
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Agama Islam-Universitas Islam Riau (FAI-UIR) Angkatan 2018 mengunjungi museum Sang Nila Utama Provinsi Riau.

Kunjungan budaya ke museum merupakan bagian dari proses pembelajaran dalam upaya mengenalkan mahasiswa terhadap situs budaya dan peninggalan sejarah bangsa Indonesia khususnya mengenai sejarah Provinsi Riau.

Demikian ungkap Abdul Kadir, S.Pd., M.Pd., M.I.Kom., Dosen Pembimbing Mata Kuliah Bahasa Indonesia menjawab Riauandalas.com, Selasa (3/12).

Menurut kandidat doktor termuda asal Inhil itu, kunjungan ke Museum merupakan bagian pembelajaran dalam memberikan mahasiswa pemahaman terkait dengan sejarah Bahasa Indonesia yang bersumber dari Bahasa Melayu Riau.

“Riau adalah daerah asal muasal Bahasa Indonesia, yaitu bahasa Melayu. Maka, kunjungan ke museum ini adalah bagian pembelajaran secara langsung dengan cara melihat peninggalan sejarah yang berkaitan dengan proses kehidupan masyarakat Melayu sekaligus perkembangan masyarakatnya,” papar dosen kelahiran 20 Mei 1991 itu.

Keberadaan museum sambung daeng sapaan kesukuan daerahnya di Bugis Makassar, pembelajaran langsung dengan cara mengunjungi situs budaya seperti museum sangat membantu mahasiswa dalam memahami materi perkembangan bahasa Melayu sebagai asal bahasa Indonesia.

“Hari ini kami bersua ke museum Sang Nila membawa secercah harapan sejumput impian demi perkembangan menyongsong kemajuan,” ungkap dosen Retorika itu.

Menurut penulis buku Budaya Melayu Pendekatan Praktis itu, keberadaan museum sangat membantu masyarakat khususnya mahasiswa dalam menggali sumber dan informasi mengenai perkembangan budaya dari masa ke masa.

“Karena di dalam museum kita dapat menyaksikan berbagai bentuk peninggalan sejarah. Untuk itu mari sama sama kita pelajari dan kita pahami bahwa bahasa persatuan Indonesia sangat erat kaitannya dengan peran para tokoh dalam memperjuangkan bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia yang bersumber dari bahasa Melayu,” terang peserta Student Mobility UTM Malaysia itu.

Randy Andeska, Bupati Himpunan Mahasiswa PBA FAI UIR sangat mengapresiasi kegiatan kunjungan budaya ke museum sang Nila utama Provinsi Riau.

Kunjungan budaya ke museum sangat bermanfaat bagi mahasiswa terutama yang ingin lebih mendalami sejarah dan perkembangan terkait bumi melayu Lancang Kuning.

“Dengan kita ke museum teman teman bisa lebih tahu bahwa kita orang melayu ini punya seni budaya dan sejarah yg luar biasa,” papar Ketua Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern itu.

Menurut Randy, kunjungan ke situs budaya sangat perlu dilakukan mengingat ilmu pengetahuan semakin berkembang dan museum merupakan bagian sumber penting ilmu pengetahuan yang pernah ada.

“Melalui kunjungan budaya ini kita lebih mengetahui dan paham bahwa keberagaman dan budaya adalah ciri khas indonesia yang mempersatukan kami dalam lingkaran sosial seperti di keluarga besar HIMA PBA,” paparnya.

Dwita Arianti, Mahasiswi Prodi PBA FAI UIR menuturkan, kunjungan budaya ke museum harus senantiasa dilakukan karena mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan) harus mampu mengetahui sejarah perkembangan manusia dari segala aspek kehidupan.

“Agar muncul rasa hormat dan menghargai para pejuang bangsa karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya,” tutur Bendahara MK Pindo Angkatan 2018 itu.

Kami berharap, sambung Dewi kunjungan ke museum dapat memberi pemahaman sekaligus menjadi ajang memperkenalkan mahasiswa pada budaya yang pernah ada.

“Dengan itu kami akan meningkatkan kualitas Prodi PBA agar mampu menjawab tantangan sekaligus memperkuat kekompakkan antar sesama,” harap Dewi.

Dewi menyebutkan, kunjungan mahasiswa Prodi PBA ke museum merupakan bagian dari proses pembelajaran sekaligus menjadi sarana memperdalam pengetahuan mahasiswa.

“Kami dari prodi bahasa Arab ingin mengetahui lebih mendalam mengenai perkembangan sejarah bahasa Melayu sekaligus memperkenalkan bahasa Arab kepada masyarakat bumi lancang kuning bahwa bahasa Melayu dan bahasa Arab merupakan sarana komunikasi yang saling berkaitan,” terang Dewi.

Museum Sang Nila Utama diresmikan pada 9 Juli 1994 Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Edi Sedyawati. Pasca dikeluarkan UU No. 22 Tahun 1999 kemudian direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Daerah, maka Museum Negeri Provinsi Riau berganti nama menjadi Sang Nila Utama.

Nama “Sang Nila Utama” berasal dari nama seorang pangeran sriwijaya yang menjadi raja Bintan dan pendiri kerajaan Singapura pada tahun 1922. Riau dahulunya merupakan pusat kebudayaan dan pernah berada di puncak kejayaan sebagai kerajaan besar di Indonesia. (PRK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *