Hukum&KriminalPekanbaru

Danrem 031/Wirabima : Data Kebakaran Hutan & Lahan di Provinsi Riau Turun

  • 20161021_094424
    PEKANBARU, Riau Andalas.com  – Komandan Komando Resort Militer (Korem) 031/Wirabima Brigjen TNI Nurendi mengatakan titik api akibat kebakaran hutan dan lahan berkurang sejak tahun 2015 hingga 2016 ini.
    Strategi penanganan berupa pencegahan dan penindakan yang dilakukan dirasa cukup sukses menekan angka titik api. Bahkan, kabut asap di tahun 2014 sempat terbang ke
    negara tetangga, kini tidak terjadi lagi.
    ”Berbagai upaya terus dilakukan, sesuai dengan perintah Panglima dan Presiden bahwa tahun ini harus dilakukan pencegahan yang tentunya lebih hemat dan ekonomis
    dibanding tindakan pemadaman,” kata Brigjen Nurendi.
    Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) penanggulahan Karhutla Provinsi Riau yang membawahi BPBD, Satgas Udara (TNI AU) dan Satgas Gakkum (Polri) ini juga berterima kasih kepada masyarakat yang ikut berperan dalam mencegah kebakaran
    lahan.
    ”Satgas kita selalu membuat program, rencana kontigensi, pemetaan wilayah dan kondisi cuaca, kemudian baru dibuat konsep penanganan karlahut, tapi titik berat ada pada upaya pencegahan. Dalam upaya pencegahan ini, saya terus melakukan evaluasi sejak 2014, dan grafiknya menurun,” kata Danrem.
    Pihaknya bahkan terus menggelar rapat bersama tim satgas di berbagai institusi seperti Polri, BPBD, serta Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru untuk menekan kasus kebakaran lahan, itu dilakukan intens dalam kurun 3 tahun.
    ”Alhamdulillah, selama kurun tiga tahun terakhir grafik titik api terus menurun. Jika tahun 2014 misalnya ada 100 titik, tahun 2015 menjadi 30 titik. Artinya terjadi penekanan tingkat kebakaran lahan hingga 70 persen,” katanya.
    Dikatakan Danrem, tahun ini ditargetkan upaya pencegahan lebih maksimal, yakni mampu menekan angka titik kebakaran lahan dengan persentase yang tinggi, mencapai 80 persen tingkat keberhasilan.
    ”Berbagai upaya pencegahan Karhutla dilaksanakan dengan membuat sejumlah program yang salah satunya dibebankan kepada Tenaga Pembina Desa (Gabinsa),” ucapnya. Menurut Danrem, selain Gabinsa yang terus merapat di tiap desa, kemudian juga ada peran kepolisian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tiap
    kabupaten dan kota. Program pencegahan Karhutla lainnya adalah program desa bebas api.Ini diperlombakan dengan hadiah berupa sarana senilai Rp100 juta. Sarana yang
    dimaksud adalah perangkat untuk mengantisipasi Karhutla.
    ”Program dan strategi kita dalam pencegahan dan penindakan karhutla, menjadi contoh bagi propinsi lain yang juga terjadi kebakaran. Itu juga atas intruksi pemerintah pusat,” imbuh Danrem.
    Kebakaran lahan di Riau sudah berlangsung lebih dari 18 tahun, dan selama ini masyarakat hidup dengan asap, maka untuk men-zero-kan titik kebakaran lahan di Riau tidaklah mudah, semua pihak harus terlibat. ”Di Riau 60 persen gambut, jika terbakar tidak serta merta asapnya hilang. Apinya padam, tapi masih membara dan asap akan
    bertahan satu hingga dua pekan,” katanya.
    Makanya, lanjut Danrem, begitu diketahui terdapat titik kebakaran lahan di suatu wilayah, langsung diutus prajurit untuk melakukan upaya pemadaman. Bahkan prajurit
    TNI membuka tenda dan tidur di sekitar lahan yang terbakar.
    ”Sengaja kita stand by kan prajuri di lokasi rawan karhutla. Bahkan kita bangun posko dan kita jadikan tempat latihan militer. Tujuannya untuk mengantisipasi jika kebakaran
    kembali terjadi di kawasan tersebut,” pungkas Danrem.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *