AndalasBengkuluPendidikan

Kekurangan Guru Penyebab Tidak Maksimalnya KBM

rbPEMATANG TIGA, Riau Andalas.com– Kekurangan guru menjadi masalah utama dunia pendidikan di Bengkulu Tengah (Benteng). Khususnya sekolah-sekolah pelosok, kekurangan guru menjadi penyebab tidak maksimalnya pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar. Seperti pantauan di SD Negeri 2 Pematang Tiga kemarin (13/9), guru yang kurang menyebabkan murid-murid rawan tidak mendapat pelajaran.

 

Pengamatan langsung ke sekolah, siswa-siswa banyak berkeliaraan di sekitar lingkungan sekolah. Sebagian besar ada yang duduk-duduk di teras, ada juga yang tetap dalam ruang belajar dan banyak ributnya. Bahkan ada siswa yang menari-nari di atas meja tulis. Kelas yang terbagi 6 ruang belajar, hanya 3 kelas yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Kelas lainnya tidak ada guru.

 

Anang warga Aturan Munpo Pematang Tiga, membenarkan jika sering melihat murid-murid tidak belajar. Bahkan saat jam belajar, murid banyak berlari-lari di kantin sekolah hingga rumah-rumah tetangga. “Sekolah butuh penambahan guru. Pasalnya guru yang ada saja kurang, hanya dibantu tenaga honorer yang tamatan SMA dan sedang kuliah. Mesti dicarikan solusi cepat,” ujarnya.

 

Begitu juga pengakuan dari salah seorang siswi, Eca, bahwa tidak belajar, karena tidak ada guru. Kondisi itupun sering dialami setiap hari Jumat, tenaga guru honorer yang selalu menyelamatkan kegiatan belajar mengajar. “Ya om, memang gurunya ngak datang. Ibu gurunya sakit kanker rahim, jadi biasanya diajar guru honorer, tidak maksimal belajarnya,” terang Eca di lapangan.

 

Ketika dikonfirmasi ke ruang guru, ada 4 guru yang standby, Popi Markulis, Ari Suryanto, guru honor Mus Mulyadi dan guru agama. Keempat guru tersebut memberi keterangan, bahwa kegiatan belajar mengajar tidak maksimal, karena guru memang kurang dan ruang belajar juga kurang. “Betul, kondisi seperti ini bukan salah guru. Memang toh gurunya kurang dan ruang belajarnya pun kurang,” kata Popi.

 

Murid SD Negeri 2 Pematang Tiga jumlahnya sekitar 210 orang murid. Sementara ruang belajar hanya 6 ruang, kurang 2 ruang belajarlagi . Selain itu tambah Ari Suryanto, di SD Negeri 2 juga kekurangan MCK. “Kadang-kadang masyarakat berpendapat salah. Anak keluyuran itu karena masuk siang, disebabkan ruang belajar yang minim. Kami juga berharap dibangunkan MCK segera,” tutupnya.(sumber:rakyat bengkulu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *