KamparPekanbaru

Men(jadi) Serambi Mekah di Negeri Madani

Ilustrasi Net
PEKANBARU, Riau Andalas. com – Pukul 1.35, ya 1.35 bukan siang hari, tapi dini hari. Saat melintas di Jalan Garuda Sakti Kota Madani, becak sepeda yang bergerak sangat lambat itu seketika menarik perhatian saya.
Padahal, awal waktu di sepertiga malam itu angin menembus kulit, daging hingga tulang. Dan ingin segera tuk sejenak melepaskan ruh dari jasad. Namun keingin-tau-an saya mengalahkan itu semua. Sebab, entah sejak kapan saya berpikir orang-orang yang melakukan aktifitas di luar rumah dalam jam-jam tersebut sedang menapaki hidup yang abnormal.
Ternyata yang mengayuh sepeda sangat lambat itu perempuan paruh baya berasal dari negeri Seribu Parit. Dia mengaku menjual koran, di tinggal mati suami 2 tahun lalu.
Saat matahari baru saja menampakkan wujudnya, dia sudah harus meninggalkan rumah tempatnya berteduh di Jalan Garuda Sakti KM 6 yang sudah masuk wilayah administratif Kabupaten Kampar, menuju persimpangan Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru. Saban hari, seperti itu perputaran waktu yang dilakoninya agar asap dapur tetap mengepul.
Ternyata, kerasnya jalan hidup tidak ditapakinya sendiri, balita usia 3 tahun tampak tertidur lelap dalam gerobak becak. Saya berpikir tega nian perempuan ini ajak buah hatinya itu bersamanya, tapi ya sudahlah, mungkin tidak ada pilihan lain.
Selang beberapa kali dini hari, saya rasa perempuan ini akan sumringah dengan uang yang saya serahkan hasil dari uluran tangan beberapa rekan. Namun ternyata tidak, wajahnya datar tanpa ekspresi.
Ini sedikit menghentak, akal saya buntu tak bisa menganalisa, sebab saat ini anak cucu Adam sudah sampai pada tingkat men-taghut-kan materi. Atau perempuan ini hanya malaikat yang berwujud manusia?. Mungkin.
Bisa saja ini hanya sebagai kesempatan dan ladang saja tuk berbuat. Sebab, pasti tidak ada sedikitpun kesulitan bagi pemilik alam semesta ini tuk merubah nasib perempuan tersebut.
Hingga teringatlah saya ucapan dari Baginda Rasulullah, “Apa yang di makan akan busuk, apa yang di pakai akan lapuk, dan yang kekal itu apa yang di keluarkan tuk jalanNya,”. Mungkin ini caraNya tuk menguji sensitivitas kita. Atau untuk kembali menata ulang cara berpikir pemimpin kita mengapa kesenjangan itu terlalu menganga di negeri yang dilimpahkan kekayaan ini. Terutama di tempat tinggal dan tempat bekerja perempuan ini (Kampar dan Pekanbaru), yang baru saja memilih pemimpinnya untuk 5 tahun kedepan. Semoga.
Oleh : Alwira Fanzary, S.Sos
Ketua Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP)
Lingkar Anak Negeri (LAN) Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *