Andalas

Mengetahui Sei Berombang Masa Dulu, Serta Program Bupati Labuhanbatu Masa Kini

Bupati Labuhanbatu saat berkunjung di Sei Berombang

Catatan : Fendi Harahap 

 

Pada masa ini tidak banyak tulisan-tulisan di perpustakaan Indonesia ataupun labuhanbatu yang dapat dijadikan rujukan, boleh dibilang tak diketahui sama sekali, bahkan situs-situs peninggalan sejarah-pun tak dapat kita jumpai. Mungkin pada masa itu kawasan ini hanyalah sebuah kampung nelayan yang dihuni beberapa keluarga saja. Berbeda halnya dengan Labuhan Bilik sebagai pusat kerajaan kecil Panai (Air Merah).

 

Sesuai dengan topografinya, daerah ini adalah sebuah ujung tanjung dari sebuah daratan di pesisir Timur Sumatera, tepatnya perbatasan antara Sumatera Utara dan Riau Daratan. Mungkin saja masih hutan belantara di pedalamannya dan hutan mangrove di pesisir nya. Ini dapat dibuktikan dari melihat sungai sungai kecilnya dan perkebunan rakyatnya sekarang yang relatif masih orisinil dan muda. Begitu pula dengan pemukiman dan infrastrukturnya. Sekali lagi berbeda dengan Labuhan Bilik yang punya istana (sayang sudah hilang) dan Masjid Rayanya. Begitu juga bila kita lihat peninggalan berupa kuburan kuburan tua, tidak dijumpai di bawah tahun 1800 an.

 

Lalu lintas perdagangan pada masa itu yang menggunakan moda angkutan sungai dan laut, menggunakan perahu perahu kayu memakai layar hanya melintasi kawasan ini saja dari Panai ke Malaka atau sebaliknya. Bagi nelayan-nelayan di Kerajaan Panai menjadikan tanjung ini sebagai tempat persinggahan ataupun untuk beristirahat dengan menambatkan perahunya di paluh paluh (muara sungai kecil) yang banyak terdapat disini), menunggu cuaca atau angin yang baik. Lama kelamaan mereka bermukim disini dan membuka perkampungan. Sebagian nelayan itu (kebanyakan para istri dan anak anaknya) bercocok tanam dan bertani (ladang padi tadah hujan). Inilah cikal bakal masyarakat Sei. Berombang sebagai masyarakat nelayan dan petani.

 

Masa Pendudukan Kolonial Belanda

 

Sudah jamak pada masa dahulu masyarakat sering menamakan suatu daerah dengan situasi, kondisi, dan keadaan alamnya. Misalnya Air Merah, Pinang Sebatang, Air Hitam, Panipahan, Tanjung Lumba Lumba, Si Jawi Jawi, dll.

 

Begitu pula dengan Sungai Berombang, mungkin saja karena di tepian sungai sungainya banyak terdapat pohon pohon berombang (termasuk spesies mangrove, tumbuhan pantai).

 

Sesudah pendudukan kolonial Belanda di Sumatera Timur tepatnya setelah menduduki Kerajaan Besar Siak di Riau akibatnya adanya perjanjian pertukaran daerah jajahan antara Kerajaan Belanda dengan Kerajaan Inggris.

 

Kerajaan Siak yang pada masa itu condong berpihak dan dibantu Kolonial Inggris yang telah menguasai tanah seberang (Semenanjung Malaysia) akibat perjanjian tersebut diserahkan kepada Belanda, sebagai gantinya Malaka dan Tumasik (Singapura) diserahkan Belanda kepada Kolonial Inggris

 

Akibatnya, Kerajaan Siak dan kerajaan kerajaan kecil di Sumatera Timur yang berada dibawah pengaruh Kerajaan Siak seperti Kerajaan Asahan, Kerajaan Batubara, Kerajaan Serdang, juga sampai Kerajaan Panai (Air Merah) jatuhlah dalam kekuasaan Belanda.

 

Tidak bisa kita pungkiri bahwa pada masa pendudukan Belanda ini banyak pembangunan yg dilaksanakan Belanda di tanah jajahannya untuk mendukung bisnis VOC dibidang perkebunan dan perdagangan. Maka dibangunlah sebuah pelabuhan besar untuk kawasan ini (Sumatera Timur) di Labuhan Bilik. Dengan adanya pelabuhan besar itu maka berkembanglah dengan pesat kawasan Panai. Arus perdagangan yang menghubungkan Panai ke Tanah Semenanjung Malaya, Asahan, Batubara, Deli, Bengkalis, dll setiap hari memenuhi perairannya. Maka terkenallah Panai ke seantero Sumatera Timur dan Tanah Semenanjung. Asimilisi kultur budaya serta penduduknya sudah menjadi kelaziman. Banyak terjadi perkawinan diantara mereka begitu pula migrasi penduduk antar wilayah ini.

 

Kini, Sei Berombang akan dipoles oleh 

Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dibawah pimpinan H. Andi Suhaimi Dalimunthe ST.MT. kepada Penulis,  beberapa waktu lalu, Andi mengaku siap semaksimal mungkin untuk membangun dan menata bangunan yang ada di Sei Berombang sehingga Sei Berombang menjadi salah satu kota yang indah di Labuhanbatu, 

 

“ada beberapa program untuk kesejahteraan masyarakat di Berombang ini, diantaranya pembangunan rumah layak huni bagi nelayan, program kesehatan dengan BPJS PBI yang di biayai APBD dan banyak lagi program yang bisa memberikan arah terbaik bagi masyarakat setempat” ungkapnya kepada Penulis saat berada dikediamannya. 

 

Sembari menawarkan teh yang telah disajikan,  Andi mengaku ingin pembangunan yang merata dari kota hingga ke pelosok desa, pembangunan itu harus di rasakan sepenuhnya oleh masyarakat Sei Berombang, terutama penataan pembangunan, seperti penataan pembangunan perumahan dan juga pasar, jika bangunan di sini tersusun rapi mudah-mudahan akan mengurangi musibah kebakaran yang kerap terjadi di daerah ini,terlebih menjelang hari-hari besar.

 

“Insya Allah jika Kedepan saya bisa memimpin kembali labuhanbatu ini, Pembangunan pembangunan seperti jalan akan kita bagi ke kecamatan Panai hilir ini, agar tidak ada lagi jalan yang rusak dan tentunya mempermudah masyarakat dalam menjalankan roda perekonomian,” kata Andi Suhaimi.

 

Walau obrolan kami sangat singkat,  dikarenakan banyaknya tamu yang berdatangan ke rumah beliau,  namun, penulis berpendapat, bahwa Sei Berombang kedepannya akan semakin baik dan maju lagi. (Fendi) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *