Berita utamaPekanbaruRiau

Sembuh Usai Pembuluh Darah Otaknya Pecah, Hery Ingin Umrah

PEKANBARU,Riauandalas.com – Hery Juanda Harahap merupakan alumni mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Suska Riau yang beberapa waktu lalu sempat viral akibat pecahnya pembuluh darah otak bagian belakang. Kejadian itu tepat pada 11 Februari 2022 lalu.

Saat itu, Hery seorang Muadzin di salah satu Masjid Paripurna kecamatan di Pekanbaru ini tercatat sebagai
mahasiswa semester 8 di UIN Suska dan sedang menyelesaikan skripsinya.

”Dalam keadaan setengah sadar, orang katakan aku masih mampu melantunkan adzan dan video tersebut sempat viral
baik di tiktok, Facebook maupun YouTube serta TV swasta. Yang pada akhirnya beberapa dari netizen dan warganet takjub pada saat itu,”
ceritanya.

Disisi lain orangtua beserta keluarganya dirundung rasa cemas luar biasa. Betapa tidak, biaya operasi untuk
pembuluh darah bukanlah nominal yang sedikit. ”Sebesar Rp. 46 juta keluarga harus usahakan untuk membiayai
operasiku dalam waktu yang sesingkatnya agar cairan darah yang membeku dipembuluh darahku hingga menyebabkan nya pecah bisa segera di
keluarkan,” sebut Hery.

Berbagai upaya pun dilakukan, demi mengumpulkan uang untuk biaya operasi pecah pembuluh darah otak sebelah kanan itu. Penggalangan
dana gencar dilakukan dari sahabat-sahabat UIN Suska Riau, juga sumbangan dari Bapak/ Ibu Kompleks Kejaksaan
Tinggi Riau dan Jamaah Masjid Paripurna Jami’ Muamalah Sukajadi, tempat ia besar dan bertumbuh sebagai muadzin selama ini.
”Aku yang merupakan seorang awam, Pak. Tidak tahu pasti siapa saja saudara-saudari dermawan lagi ringan tangan
yang bersumbangsih dan berempati memberikan sedikit rezekinya untuk menyumbangkan uang milik mereka demi
kelancaran operasiku saat itu,” lanjutnya.

”Semoga Allah Azza Wa Jalla membalas kebaikkan yang telah kita semua lakukan, terutama pada para donatur dan
relawan yang turut andil dalam penggalangan dana demi operasiku. Jazakallah khairon katsiron,” ucap Hery.

Hery menyadari, dalam kasus pecah pembuluh darah otak ini tidak sedikit korbannya mengalami stroke, kelumpuhan yang
mengharuskan mobilitas gerak dengan kursi roda bahkan juga momok yang ditakuti, tidak sedikit yang meregang nyawa
akibat pecah pembuluh darah otak ini.

”Saya selalu ucapkan syukur kepada Rabb yang menciptakanku, memberikan kesempatan untukku hidup lebih lama lagi
seperti saat ini, Pak,” lirih mahasiswa asal Bangko Sempurna, Rohil, ini.

Dikatakan Hery, tidak sedikit orang disekitarnya mencela, menganggapnya yang sekarang sebagai seorang yang hina karena
keadaan kesehatannya yang memperihatinkan. Tubuh lemah, sekarang kepalanya sudah terdapat beberapa jahitan serta
selang yang melekat selamanya, merambat dari ujung kepala hingga menuju lambungnya sebagai pengatur tekanan
aliran darah dalam tubuh.

Belum lagi ujaran dari beberapa orang yang mengatakan, “Barang rusak tidak akan bisa kembali seperti semula meski
sudah diperbaiki, kalaupun nanti kamu sembuh dan pulih kamu tidak bisa bekerja keras seperti dulu lagi”
“Qodarullah”. Timpalnya saat itu.

Betapa hinanya ia rasakan pandangan orang terhadapnya atas apa yang telah Allah takdirkan pada saat ini.
”Betapapun hinanya aku, dalam keprihatinan atas diriku sendiri, aku meyakini akan ada rencana baik dari Rabbku
untukku dimasa depan yang tak mampu ku jamah saat ini,” sambungnya.

Hery sadar, manusia dan logika berfikirnya, semua dibatasi oleh limit berfikir dan relativitas dalam memaknai
sesuatu. Disitulah dirinya belajar karunia dan rahmat Allah yang maha halus lagi maha luas, menjamah otak yang
dangkal, merengkuh aliran darah sekujur tubuh yang tiada takarnya.

”Bisa saja bukan, kita hari ini hidup masih dengan dua tangan, namun Qodarullah keesokkan harinya kita mengalami
kecelakaan yang merenggut sebelah dari lengan kita dan menjadikan kita makhluk yang cacat dipandangan manusia.
Begitulah orang dan cara mereka menilai. Tidak ada yang salah, karena manusia merupakan pribadi unik dengan
relativitas berfikirnya, kemajemukkan akan penilaian terhadap sesuatu,” urainya menangis.

”Semoga Allah memberiku kekuatan menjalani hidup hingga limit yang telah ditentukan. Saat ini aku sudah bisa
melakukan aktivitas seperti biasa meski kerap sekali timbul rasa mual diperutku yang membuat aku ingin muntah
berkali-kali akibat tekanan dari selang yang ada dikepala hingga menuju lambungku, juga sering kali aku merasa
puyeng, badanku yang belum mampu melangkah tegap seperti dahulu dan komunikasiku serta artikulasi kataku yang
masih sedikit lambat dan kaku saat berbicara,” katanya lagi.

Kini, Hery beberapa hari lalu sudah diwisuda dan sudah kembali beraktivitas seperti biasa mengajar sesuai dengan title Sarjana Pendidikan nya, meskipun terkadang
rasa cemas menghantui fikirannya saat melakukan aktivitas sebagai imbas dari bekas operasi pecah pembuluh darah otak bagian kanan tersebut. Terakhir saudara Hery juga mengatakan bahwa dirinya sangat merindukan tanah suci untuk beribadah disana sebagaimana tugasnya sehari-hari yang selalu berada di masjid untuk adzan sebagai muadzin dan fisabilillah. Mari kita doakan bersama agar Hery mendapatkan rezeki untuk dapat berkunjung ke tanah suci, Aamiin aamiin ya Rabbal a’lamin
(btr)