Bisnis&EkonomiNasional

Ketua KPPU: Praktik Kartel diduga Menjadi Pemicu lonjakan Harga Bawang Putih

Tampak Tim dari Disperindag Pekanbaru lagi menghitung tumpuhkan bawang putih milik Tongseng , yang di sidak berapa waktu lalu

JAKARTA, Riau Andalas.com–  Mengendus adanya praktik kartel bawang putih. Selama ini, dari total kebutuhan bawang putih 480.000 ton per tahun, sebanyak 97% berasal dari impor, terbanyak dari China.

Kartel ini diduga menjadi pemicu lonjakan harga bawang putih hingga sempat tembus Rp 60.000/kg.ini dikatakan Ketua KPPU, Syarkawi Rauf,Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sedang menyelidiki importir bawang putih yang berjumlah sekitar 20-an perusahaan tersebut.

fokus KPPU masih menyelidiki 6 importir besar. Menurut Syarkawi ada satu grup importir yang menguasai kurang lebih separuh dari total bawang putih impor yang beredar di pasaran.

“Kami temukan banyak tempat harga bawang putih masih sangat tinggi di pasaran. Dari puluhan importir ini ada 6 grup usaha yang menguasai impor, bahkan ada 1 grup usaha yang importasinya 50% dari total impor,” ucap Syarkawi ditemui di KPPU, Jakarta, Selasa (30/5/2017).

Dia melanjutkan, beberapa indikasi permulaan memang menunjukkan dugaan praktik kartel bawang putih.

“Ada beberapa modus, karena 480.000 ton ini kan 97% impor semua. Ini ada grup yang kepemilikan sama, gudangnya sama, kantornya sama. Dan rupanya ini hanya ada 6 paling besar yang menguasai,” jelas Syarkawi.

“Kami sekarang di tingkat penyelidikan, jadi kami fokus ke beberapa perusahaan besar yang mendominasi, ada 6 perusahaan importir besar yang kita selidiki,” tambah Syarkawi yang enggan menyebut identitas 6 importir itu.

Sebelumnya pada tahun 2014, KPPU pernah menjatuhkan denda pada 19 perusahaan importir karena dianggap bersekongkol membuat harga bawang putih melonjak. Denda yang dikenakan rata-rata Rp 921 juta.

“Ini apakah polanya sama dengan perusahaan yang sama. Dulu 19 importir sudah kita denda karena terbukti sepakat mengurangi pasokan yang membuat harga bawang putih naik sampai Rp 120.000/kg. Karena ini kan dari total kebutuhan 480.000 ton setahun, 47% impor, itu dikuasai oleh 6 grup perusahaan paling banyak,” pungkas Syarkawi. (idr/hns/detik.com/ra)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *