Medan

Mengangkat Tradisi Lisan, IMABSII Jalin Kerjasama dengan ATLI

Saat diskusi berlangsung antara Sekjend IMABSII dengan PP-ALTI sekaligus Direktur Pascasarjana USU

MEDAN, Riau Andalas.com – Pengurus Pusat-Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (PP-IMABSII) yang didampingi Drs. Irwansyah, M.S., dosen sesepuh Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) melakukan diskusi publik dengan salah satu Pimpinan Pusat Asosiasi Tradisi Lisan Indonesia (ATLI) sekaligus Direktur Pascasarjana USU, Prof. Robert Sibarani, Ph.D., perihal tradisi lisan dan penggiat sastra Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) di ruangan Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Selasa (24/1).

Berbicara terkait tradisi lisan tidak bisa melepaskannya dari lingkup bahasa dan sastra, mengingat sastra sebagai bahan baku sebuah tradisi dan kearifan lokal yang nantinya diteruskan secara oral dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui bahasa. Ada transmisi sebuah kearifan terus hidup hingga saat ini adalah hasil dari tradisi masa lalu yang diwariskan.

Persoalannya saat ini begitu banyak tradisi dan kearifan yang tergerus bahkan tidak dikenali oleh generasi era digital masa ini. Padahal ada nilai serta norma kehidupan yang melekat dan hidup di masyarakat dan turut memengaruhi keberadaannya. Permainan tradisional, gotong royong, cerita rakyat belum seluruhnya terangkat dan dinaskahkan secara sistematis dan kronologis. Putusnya fase informasi berawal dari minimnya upaya meliterasi dan menuangkan tradisi itu dalam sebuah tulisan. “Kita meyakini bahwa kuatnya suatu peradaban tentunya dengan adanya dokumentasi kearifan masyarakatnya, baik tulisan, artefak, grafik, maupun lisan,” kata Prof. Robert kepada www.riauandalas.com di ruangan kerjanya.

“Ini yang semestinya diperhatikan oleh generasi muda, terlebih lagi IMABSII punya disiplin yang mengarahkan pada pelestarian tradisi lisan, cerita rakyat maupun kearifan lokal. Tentunya, bahasa dan sastra tidak dapat dilepaskan dari tradisi. Bila sastra bahan baku, maka tradisi adalah performance / aplikasi masyarakatnya yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui bahasa. Upaya menyelematkannya dengan berliterasi agar tradisi itu tidak hilang,” tambah Prof. Robert.

“Beranjak dari program IMABSII untuk mengangkat tradisi maupun cerita rakyat yang belum terdokumentasi, kita berupaya untuk menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga yang bergerak pada tupoksi kegiatan ini. IMABSII harus bergerak ke lapangan dengan mengobservasi, mewawancarai penduduk setempat yang diyakini daerah itu punya tradisi yang belum diangkat. Tulisan dari anggota IMABSII ini nantinya akan kita bukukan sebagai apresiasi ulang tahun IMABSII diusianya ke 13 tahun,” ucap Sekretaris Jenderal IMABSII, Dira Wulandari.

Secara terpisah, kepala departemen Pengembangan Kebahasaan dan Kesusastraan PP IMABSII 2016-2018, Harmoko mengatakan. “Kegiatan ini bagian dari program IMABSII untuk mengangkat cerita rakyat yang belum terdokumentasi dan juga berupaya menyelamatkan kearifan dari masing-masing daerah yang kian hilang oleh pengaruh globalisasi,” katanya.

Generasi saat ini memiliki peran dalam upaya menyelamatkan suatu kearifan secara revitalisasi (mengaktifkan, mengelola, mewariskan) dan pelestarian (melindungi, mengembangkan, memanfaatkan). IMABSII ada dan berada untuk negeri! (sp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *