PEKANBARU, Riauandalas.com- Merasa terancam akibat konflik berkepanjangan di lahan sawit, sejumlah masyarakat Suku Sakai mendatangi Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) pada Kamis (4/12/2025). Mereka mengadu karena bentrokan dengan pihak perusahaan sawit sebelumnya telah terjadi, namun hingga kini warga mengaku belum melihat tindak lanjut dari kepolisian.
Kedatangan rombongan diterima langsung Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR, Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil, Sekum DPH Datuk Jonnaidi Dasa, Datuk Tarlaili, Bedum Datuk Fadli, Datuk Firman Edi, Datuk Aspandiar, dan sejumlah pengurus lainnya.
Konflik bermula ketika hampir 5.000 hektare kebun sawit yang sebelumnya dikelola PT SIS ditertibkan Satgas PKH karena berada di kawasan hutan, termasuk di wilayah ulayat Batin Sebanga Sakai, Duri, Bengkalis. Setelah penertiban, PT Agrinas memberikan kerja sama operasional (KSO) kepada PT Palma Agung Bertuah untuk mengelola kawasan tersebut. Sebagai bentuk kemitraan, perusahaan mengajak masyarakat adat dari Batin Sebanga untuk ikut mengelola lahan.
Namun saat masyarakat memasuki lokasi KSO, mereka mengaku mendapat perlawanan dari sejumlah orang yang diduga disewa oleh PT SIS. Menurut warga, pihak bernama Aliong dari PT SIS menolak kehadiran mereka dan melarang masyarakat memanen sawit.
“Aliong justru memanen sawit itu, hingga nyaris terjadi pertumpahan darah,” kata Herman, warga Sakai.
Herman menegaskan masyarakat merasa diusir dari tanah mereka sendiri. “Kami hanya ingin mempertahankan tanah ulayat, bahkan kami membantu negara membasmi mafia tanah,” ujarnya.
Ketua Pemuda Sakai, Andika, menambahkan bahwa Aliong sempat datang dengan membawa kelompok yang dilengkapi senjata tajam. “Dia juga menghina orang Sakai,” katanya.
Timbalan MKA LAMR, Datuk Tarlaili, menegaskan bahwa masyarakat harus tetap menjaga marwah daerah. “Negeri ini adalah tanah kita, marwah kita. Jangan takut berjuang,” pesannya.
Ketua Umum DPH LAMR, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, menyatakan pihaknya akan segera memanggil Aliong dan pihak terkait untuk pertemuan lanjutan. Ia juga menyarankan masyarakat melaporkan ancaman dan dugaan tindak pidana kepada kepolisian.
“Sudah kami lapor, datuk. Namun sampai sekarang belum ada tindakannya,” ujar Herman menanggapi saran tersebut.
Bathin Bertuah, Pak Nasir, turut menjelaskan bahwa kepolisian sempat berupaya menengahi perselisihan antara masyarakat, perusahaan, dan Agrinas, tetapi belum menemukan titik penyelesaian. “Bahkan Aliong dan orang-orangnya mendatangi warga, merusak mobil saya. Sembilan orang luka ringan dan satu harus diopname,” katanya.
Ia menegaskan bahwa laporan telah disampaikan ke pihak berwajib, namun belum ada tindak lanjut. Menanggapi situasi tersebut, Datuk Seri Taufik meminta semua pihak menahan diri agar kondisi tetap kondusif. LAMR, katanya, akan segera memanggil seluruh pihak untuk bermusyawarah mencari solusi bersama.q

0 Komentar