Ticker

6/recent/ticker-posts

Luncurkan Buku Sejarah Karo yang Monumental, Kerja Tahun Merdang Merdem Kuta Medan 2025 Berlangsung Meriah


MEDAN,Riauandalas.com - Pesta budaya "Kerja Tahun Merdang Merdem Kuta Medan 2025" berlangsung meriah di Grand Ballroom JW Marriott Hotel, Sabtu (6/9/2025), sekaligus menjadi momentum peluncuran buku "Bangsa Karo dari Masa ke Masa dalam Dokumentasi Lukisan dan Foto" yang disebut sebagai mahakarya dokumentasi visual peradaban Karo .

Acara yang dihadiri tokoh nasional dan lokal ini meneguhkan komitmen masyarakat Karo melestarikan warisan budaya di tengah arus modernisasi. Walikota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas yang berhalangan hadir diwakili Kadis Ketahanan Pangan Gelora Kurnia Putra Ginting menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya .

*Merdam Merdem: Simbol Persaudaraan dalam Multikulturalisme Medan*

Dalam sambutan tertulis Walikota yang dibacakan Kadis KP3, ditegaskan bahwa "Merdam Merdem adalah momentum mempererat tali persaudaraan, gotong royong, dan rasa persatuan di tengah keragaman. Nilai ini sangat sejalan dengan Kota Medan yang multikultural, tumbuh dari kekayaan etnis, budaya, dan agama yang hidup berdampingan secara harmonis" .



Acara kerja tahun ini bukan sekadar perayaan tradisi tahunan, tetapi juga simbol kedaulatan pangan, jati diri, ucapan syukur, dan penghargaan kepada alam dan penciptanya sebagaimana disampaikan Bupati Karo Antonius Ginting dalam pidatonya .

*Rebut Narasi Sejarah: Dokumentasi Visual 350 Halaman Warisan Karo*

Buku "Bangsa Karo dari Masa ke Masa dalam Dokumentasi Lukisan dan Foto" karya Roy Fachraby Ginting, SH, MKn dan Dr. Bakhrul Khair Amal, M.Si menjadi fokus utama acara. Buku setebal 354 halaman ini menghimpun dokumentasi visual langka dari abad ke-19 dan awal ke-20 yang jarang dipublikasikan .

Barata Brahmana, sesepuh masyarakat Karo, menekankan pentingnya upaya mendokumentasikan sejarah sendiri: "Sejarah bangsa sering ditulis oleh pihak luar. Karena itu kita harus mengambil alih penulisan sejarah kita sendiri agar narasi autentik tidak hilang" .

Buku ini merekam perjalanan panjang masyarakat Karo mulai dari asal-usul, kepercayaan Pemena, sistem kekerabatan Merga Silima, sejarah Kerajaan (H)Aru, hingga kiprah putra-putri Karo di era modern .

*Detail Buku "Bangsa Karo dari Masa ke Masa"*

Acara dihadiri sejumlah tokoh terkemuka:

· Bupati Karo, Brigjen Pol (Purn) Dr. dr. Antonius Ginting, Sp.OG., M.Kes

· Wakil Bupati Karo, Komando Tarigan, SP

· Ketua DPRD Medan, Wong Chun Sen Tarigan

· Anggota DPD RI, Badikenita Putri Br Sitepu

· Akademisi, termasuk Prof. Dr. Runtung Sitepu (Rektor USU 2016-2021) dan Prof. Dr. Syawal Gultom (Rektor Unimed 2015-2019) 

Dalam acara ini, Walikota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas ditabalkan menjadi merga Ginting bere-bere Sembiring Pelawi, meski tidak hadir secara langsung. Sementara Ketua DPRD Medan Wong Chun Sen Tarigan juga dipakaikan seperangkat pakaian adat Karo sebagai penghargaan atas kontribusinya bagi masyarakat Karo di Kota Medan .


💡 Diskusi Panel: Bangun Kesadaran Kolektif Jaga Identitas Budaya

Diskusi panel menghadirkan sejumlah akademisi terkemuka yang mengupas nilai-nilai sejarah dan budaya dalam buku tersebut. Dr. Bakhrul Khair Amal selaku moderator menegaskan bahwa "Bangsa Karo dari Masa ke Masa adalah lebih dari sekadar buku; ia adalah arsip visual yang membangkitkan kesadaran kolektif" .

Bupati Karo Antonius Ginting memberikan analogi menarik antara tubuh manusia dan sistem pemerintahan: "Ada sistem yang bekerja otomatis seperti jantung, namun ada pula yang membutuhkan kesadaran penuh seperti otak. Pemerintahan juga membutuhkan keseimbangan tersebut" .

🏛️ Konteks Historis: Suku Karo dalam Lintasan Sejarah

Suku Karo merupakan salah satu kelompok etnik Batak yang menyebar di Tanah Karo, meliputi Kabupaten Karo, Langkat, Dairi, Simalungun, Deli Serdang, Kota Medan, Kota Binjai, dan Kabupaten Aceh Tenggara .

Masyarakat Karo memiliki sistem kemasyarakatan yang dikenal dengan nama merga silima (lima marga utama), tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Lima marga utama tersebut adalah Ginting, Karokaro, Peranginangin, Sembiring, dan Tarigan .

🏠 Rumah Adat dan Pakaian Tradisional:

· Rumah adat Karo disebut Siwaluh Jabu (rumah untuk delapan keluarga) dengan panjang 17 meter, lebar 12 meter, dan tinggi 12 meter 

· Pakaian adat didominasi warna merah dan hitam dengan perhiasan emas. Salam tradisionalnya adalah "Mejuah-juah" 



🎯 Pesan untuk Generasi Muda: Jangan Lupakan Sejarah

Ketua DPRD Medan Wong Chun Sen Tarigan menilai buku ini memiliki arti penting sebagai media edukasi dan pengingat bagi generasi muda: "Buku ini monumental karena berhasil merekam sejarah, adat, seni, dan transformasi masyarakat Karo dari era kerajaan, kolonialisme, kemerdekaan hingga masa kini" .



Acara ini ditutup dengan hiburan artis-artis Karo dan menari bersama layaknya pesta tahunan masyarakat Karo, disertai suguhan makanan khas Karo yaitu Cimpa dan Tape .

Kerja Tahun Merdang Merdem Kuta Medan 2025 bukan hanya menjadi perayaan adat, tetapi juga momentum kebangkitan kesadaran kolektif untuk menjaga sejarah dan memperkuat identitas bangsa Karo di tengah masyarakat modern yang majemuk .(Dw/Rilis)**


Posting Komentar

0 Komentar