PemerintahanRohul

Uang Portal Di Pungut, Jalan Rusak Tak Kunjung Diperbaiki,‎ Warga Batang Kumu Protes…!

ROKAN HULU, Riauandalas.com – Masyarakat Dusun Jalan Jepang di Desa Batang Kumu Kecamatan Tambusai, berbatasan dengan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), desak mundur Naga Langit Guntur Nauli Harahap selaku pengelola jalan swadaya di Jalan Jepang sepanjang 5 km.

Desakan mundur dari warga ke pengelola Jalan Jepang tersebut, karena jalan mengalami rusak dan tidak kunjung ada perbaikan, hal itu disampaikan secara tegas oleh masyarakat saat rapat di Jalan Jepang Selasa (4/12/2018) sekitar pukul 15.00 Wib.

Masyarakat Desa Batang Kumu kecamatan Tambusai dan Desa Simpang Harapan  kecamatan Tambusai Utara, gelar rapat terkait kerusakan Jalan Jepang. Karena dalam beberapa bulan terakhir. Rapat juga dihadiri Seketaris Camat Tambusai, Kepala Desa Batang Kumu Afnan Pulungan, Kepala Desa Simpang Harapan Kaslan, dan perwakilan polsek Tambusai, serta pengelola jalan swadaya, yakni Naga Langit Guntur Nauli Harahap.

Dalam rapat terebut, berjalan alot karena masyarakat mendesak mundur Naga Langit Guntur Nauli Harahap sebagai pengelola jalan yang anggarannya diambil dari palang jalan dari hasil perkebunan sawit masyarakat, Rp 50 rupiah per kg dan pengelolaannya sudah berjalan lebih kurang selama 7 tahun.

Kemudian, masyarakat mempertanyakan tidak adanya laporan pertanggung jawaban baik uang masuk maupun uang keluar, dari hasil palang jalan yang dipegang Naga dengan panggilan Langit termasuk rapat tahunan ke masyarakat.

Bahkan puncak kemarahan masyarakat tersebut, saat jalan rusak parah yang mengakibatkan satu unit mobil pengangkut buah tandan segar (TBS) kelapa sawit terpuruk sehingga mobil anak sekolah tidak bisa melalui jalan tersebut.

Namun, karena merasa tidak akan ada penyelesaian perbaikan jalan masyarakat Jalan Jepang kemudian lakukan gotong royong bersama, inilah dasar masyarakat untuk meminta mundur, Langi dari pengelola palang jalan, sedangkan yang diperolehnya Rp 50 per kg, dari kelapa sawit yang keluar tetapi kondsisi jalan tetap saja rusak.

Bahkan, kekecewaan masyarakat tersebut akhirnya terjawab sudah melalui musyawarah di jalan jepang, meskipun pengelolanya masih diketuai, Naga Langit.

Dari hasil kesepatan dan perjanjian, sudah ditetapkan Rp 25 rupiah untuk masyarakat dan Rp 25 rupiah ke pengelola dan pengelola tetap bertanggung jawab atas perbaikan jalan.

Kades Batang Kumu, Afnan Pulungan mengatakan, kemarahan masyarakat kepada pengelola berawal miskomunikasi dan terpuruknya satu unit mobil pengangut hasil kelapa sawit sehingga mobil anak sekolah tidak lagi bisa keluar akibat kerusakan jalan yang terjadi di Jalan Jepang.

“Masyarakat kecewa terhadap pengelola karena tidak adanya tranparansi terhadap uang masuk dan uang keluar dari palang jalan yang dibuat selama ini, termasuk tidak adanya laporan tahunan terkait anggaran yang diterima dari palang jalan,” ungkap Pulungan.

Namun, permaslahan tersebut  dapat diselesaikan dengan baik, dan kedua belah pihak menerima hasil keputusan rapat terkait pengelolaan palang jalan juga akan di SK-kan sehingga nantinya bisa dipertanggung jawabkan.

Kemudian jelas Kades Simpang Harapan Kaslan, dirinya merasa puas atas hasil musyawarah tersebut. Berharap ke pengelola dan masyarakat bisa mengawal retribusi dari palang jalan dan untuk perbaikan jalan kedepannya tetap ada kontrol dan partisipasi petani maupun masyarakat itu sendiri sehingga tidak terjadi lagi seperti saat ini.

Jalan Jepang tersebut, merupakan akses satu-satunya bagi masyarakat untuk membawa hasil perkebunan keluar. Bila jalan rusak, maka ekonomi masyarakat kita akan terpuruk.

Pengelola jalan swadaya jalan jepang, Naga Langit Guntur Nauli Harahap mengatakan, dirinya berterima kasih atas kesempatan yang diberikan masyarakat untuk mengelola palang jalan dan memperbaiki jalan  swadaya jalan jepanh dan hasil musyawarah itu merupakan yang terbaik dalam mingkatkan ekonomi dan kesejahtraan semuanya.

“Saya akui, kelalaian selama ini dan saya mohon maaf ke masyarakat mulai dari tidak adanya laporan pertanggung jawaban uang masuk mapun uang keluar palang jalan termasuk tidak adanya rapat tahunan,”.

“Saya akan perbaiki kesalahan itu, apa lagi sudah ada campur tangan pemerintah desa dalam pembuatan maupun perjanjian kerja saya kedepan dengan masyarakat Jalan Jepang,” janji Langit.***( Alfian Tob)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *