Gaya HidupKesehatan

Ternyata, Selfie Berlebihan Merupakan Salah Satu Gangguan Kejiwaan

Ilustrasi

Riauandalas.com- Selfie merupakan salah satu gangguan kejiwaan. Dimana seseorang sangat mengagungkan pujian atau sanjungan dari orang lain. Seseorang pelaku selfie sangat ingin mendapatkan perhatian dari orang lain. Selfie adalah sebuah perbuatan amalan hati.

Takutnya akan timbul sifat takabur, ujub atau riya’. Selfie membahayakan bagi seseorang terutama ia adalah seorang muslim. Lebih parah lagi jika dilakukan oleh seorang muslimah.

Mereka berupaya memonyong-monyongkan bibirnya, menjulurkan lidahnya dan mengambil gambar se-unyu mungkin. Hal ini sudah menghilangkan sifat malu pada diri seseorang. Padahal rasa malu adalah sebagaian dari cabang keimanan.

Ustadz Felix Siaw menjelaskan secara gamblang betapa selfie ini menghilangkan rasa malu,Islam memandang rasa malu adalah akhlak yang sangat utama di dalam agama. Bahkan Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu” (HR Ibnu Majah)

Terlebih bagi wanita, rasa malu ini adalah pakaian baginya, menjadi hiasan terbaik yang bisa dikenakan oleh seorang wanita.

Rasulullah juga bersabda, “Keimanan itu ada 70 sekian cabang atau keimanan itu ada 60 sekian cabang. Seutama-utamanya ialah ucapan ‘La ilaha illallah’ dan serendah-rendahnya ialah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu itu adalah cabang dari keimanan” (HR Bukhari Muslim)

Karenanya bahaya selfie ini dikhawatirkan akan mengantarkan kita paling banyak pada takabbur, riya, dan paling sedikir sifat ujub, yang ketiganya adalah penghancur amal salih.
Kita tidak sedang mengatakan bahwa selfie pasti ujub, riya, takabbur, tidak pernah. Kita pun tidak membahas halal dan haramnya.

Selfie kita kembalikan lagi sebagai salah satu teknik foto, dan berfoto adalah boleh. Namun apakah salah ketika kita bernasihat bahwa hati-hati seringnya selfie ini berujung pada ujub, riya, takabbur?

“Tiga dosa yang membinasakan, sifat pelit yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti, dan ujub seseorang terhadap dirinya” (HR Thabrani).

Sumber: beritaislamterbaru.com‎

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *