BALAI JAYA ROHIL, Riau Andalas.com– PTPN5 Kebun Tanah Putih, saat ini sedang mempersiapkan Tanaman Ulang TU, dimana sekitar 1600 hektar penumbangan tanaman pohon tua hampir selesai, disusul penanaman mokuna (kacangan) dan sisanya tanaman masih produktif lebih kurang 500 (lima ratus) hektar lagi, dan inilah yang masih diharapkan oleh perusahaan untuk pemanfaatan produksinya menunggu masuknya tahapan replanting berikutnya.
Namun, sembari menunggu replanting tahun depan, sisa replanting tersebut, sering kali terjadi pencurian TBS oleh para Peninting Janjangan (PENINJA ) umumnya di lakukan pada malam hari, informasi yang dihimpun wartawan di lapangan, maraknya pencurian sawit tersebut diduga akibat lemahnya sistem manajemen pengawasan dan pengamanan, sehingga berakibat mudahnya para pelaku ninja melakukan aksinya, hal ini tak terlepas dari tanggung jawab Perwira pengamanan (PAPAM) sebagai Kepala pengamanan di PTPN5 Kebun tanah Putih, Kecamatan Balai Jaya, Kabupaten Rohil.
Ditempat terpisah terkait maraknya pencurian Tandan Buah Segar (TBS), Pimpinan Manajemen PTPN5 Kebun Tanah putih Dekon Naibaho yang dikonfirmasi wartawan, Selasa (26/7/2016), telah menginstruksikan Kepala petugas pengamanan agar lebih maksimal dalam menjaga asset PTPN, beliau juga menambahkan, “tidak akan mentolerir bagi petugas yang lalai, sekecil apapun kesalahan (pelanggaran) yang dapat di jadikan bukti,cukup baginya untuk melakukan tindakan,”Sekecil apapun kesalahan yang dapat dijadikan bukti, cukup bagi saya untuk melakukan tindakan,” ungkapnya tandas.
Ditempat lain, Perwira Pengamanan ( PAPAM ) PTPN5 Kebun Tanah Putih, Pelda Kasmiadi yang dikonfirmasi wartawan, Selasa (8/8/2016) mengatakan, “sebagai Kepala pengamanan kebun, saya berperan aktif menjaga, mengawasi dan mengamankan asset perusahaan, seperti Tanaman enghasilkan (TM),dan semua asset perusahaan lainnya yang harus dijaga dan itu merupakan tugas dan fungsi saya, “paparnya.
Sebaliknya informasi yang dihimpun di lapangan justru berbeda. Setiap anggota pengamanan kebun yang bertugas di lapangan,tanpa di dampingi PAPAM,bahkan acap kali para anggota pengamanan kebun mendapat perlawanan dari peninja, justru PAPAM terkesan enggan hadir jika diminta untuk datang ke lokasi, menjawab pertanyaan wartawan saat di konfirmasi terkait keengganan PAPAM turun ke lapangan. Beliau malah menjawab dengan ketus, “untuk apa ada anggota dan anggota tugasnya apa,kalau harus saya yang turun, apa gunanya ada anggota (satpam red),” Senin (8/8/2016).
Hal ini dapat disebut Dilema Warisan dari Pimpinan Manajemen Kebun masa lalu yang telah terbangun sekian lama, ketidak sinkronan antara Pimpinan pengamanan dan anggotanya terkesan adanya pembiaran, bahkan berujung pada penindakan terhadap empat anggota pengamanan dan satu pimpinan Komandan Pleton (Danton), MT Hutapea yang harus tergerus dari jabatannya sebagai Komandan Pleton .Hal ini justru di pandang kurang tepat oleh beberapa kalangan tentang mutasi lima anggota satpam yang diduga terkesan modus belaka.
Sumber menambahkan, “Di satu sisi benar bahwa pemindahan karyawan (mutasi) adalah wewenang Kantor Direksi, namun sosok Danton yang dikenal supel dan peramah ini, bukan malah naik jabatan, justru harus menerima konsekwensi logis akibat dugaan laporan pengaduan oknum ke Kantor pusat,” papar sumber yang tidak mau namanya di sebut dalam berita ini.
Untuk itu, Kepada pejabat yang berwenang diminta agar melakukan peninjauan ulang terhadap lima satuan pengamanan (Satpam) yang terkena disersi agar di kembalikan ke tempat posisi kerja semula, pinta sumber, karena alasan yang tidak jelas, bukankah ini bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia? Hak dan reputasi karir mereka terampas, maka sebaiknya dilakukan peninjauan ulang terhadap satpam tersebut,” papar sumber.(sbl )