Berita utamaINHILPemerintahanPendidikanRiau

SD 023 Suko Harjo Desa Sekayan. Potret Suram Wajah Dunia Pendidikan.

 

KEMUNING,Riauandalas.com– Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang mendukung, baik dari sarana gedung tempat belajar dan mengajar, juga sarana dan prasarana yang lainnya. Nasib yang kurang beruntung ini sepertinya yang tengah dialami oleh SD 023 Suko Harjo Dusun Semaram Desa Sekayan Kecamatan Kemuning-Inhil.

Sebuah Sekolah Dasar Swasta yang dibangun pada tahun 2008 dengan swadaya masyarakat, terletak jauh di pelosok desa yang belum pernah sekalipun tersentuh oleh bantuan dana bangunan, baik dari dana desa, dana kabupaten maupun pusat.

SD 023 Suko harjo, adalah satu-satunya sekolah yang menjadi harapan para warga yang ada di pelosok desa tersebut untuk mendidik para generasi penerus. Sekolah yang memiliki 157 orang murid dan 6 orang tenaga pengajar, kini kondisinya benar-benar sangat memprihatinkan, selain bangunannya yang hampir rubuh, ruangan belajar serta meja dan kursi, sungguh sangat jauh dari kata layak.

Kepala SD 023 Suko harjo, Suramen Spd kepada awak media Riau Andalas(Rabu,21/02/2018) mengatakan, “Keadaan sekolah kami ini, sudah beberapa kali kami sampaikan melalui proposal ke Dinas terkait, bahkan dalam setiap kegiatan MUSRENBANG Desa juga kita sampaikan, namun sampai saat ini belum juga ada jawaban. Kami hanya minta rehab total saja, kalau seandainya permintaan Ruang Kelas Baru (RKB) itu sangat sulit” ujar beliau.

Hal senada juga disampaikan oleh seorang Tokoh Masyarakat pak Suhadi,” Sudah dari dulu kita berusaha meminta bantuan pemerintah untuk sekolah ini, yang melalui Anggota Dewan, Musrenbang desa, yang buat proposal, tapi tak ada satupun yang mau perduli, dan semua cuma omong kosong dan janji manis. Kalau semua dan seterusnya itu dari swadaya masyarakat, lalu apa gunanya kita punya pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pusat ” sebut beliau.

Dilihat dari keadaan ruangan dan bangunan yang hampir rubuh, hal ini memang sangat memprihatinkan. Ibarat buah simala kama, Akankah terus dilakukan prose kegiatan belajar mengajar dengan resiko keselamatan yang jadi taruhannya?
Atau kah me Non Aktifkan kegiatan belajar mengajar, sementara sekolah tersebut adalah satu-satunya sekolah yang ada di pelosok Desa itu.

(jumadi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *