Penurunan harga TBS terasa semakin memberatkan Petani
Rohul,Riau Andalas.com, Turunya harga TBS kelapa sawit di kecamatan Bonai Darussalam mengalami penurunan sejak dari bulan April lalu tentu sangat dikeluhkan Petani, di Rohul.
Bagi petani sawit , penurunan harga TBS itu terasa semakin memberatkan karena produksi buah juga turun hingga 60 persen akibat siklus tahunan buah kelapa sawit dan musim kemarau. “Produksi buah dalam sebulan yang biasanya 1,7 ton sampai 2 ton per hektar (ha), sekarang hanya berkisar 800 kg sampai 1 ton per ha,” kata madi.
Untuk menyiasati masalah itu, petani sawit melakukan efisiensi pekerjaan. Hal itu dilakukan untuk menekan biaya produksi buah dan perawatan kebun sehingga hasil kebun bisa tetap diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Kami petani pun mencoba melakukan efisiensi dalam pekerjaan dan perawatan kebun. Kalau tidak begitu, kami akan kesulitan mencukupi biaya hidup sehari dan biaya sekolah anak-anak,” kata Gozali, senin (30/05/2016).
Dahlan, petani sawit kecamatan Bonai Darussalam Rokan Hulu menuturkan, dirinya saat ini melakukan efisiensi dalam pembersihan kebun. “Ketika membasmi gulma dengan pestisida, saya tidak lagi melakukannya secara menyeluruh, tetapi hanya membasmi gulma yang ada di sekitar pohon kelapa sawit. Dengan cara begitu, saya bisa menghemat ongkos pembersihan lahan,” katanya.
“Untuk pembersihan kebun seluas 1 ha yang biasanya membutuhkan 4 liter pestisida dengan 40 tabung semprot, kata Dahlan, sekarang cukup 2 liter pestisida dengan 28 tabung semprot. Dirinya pun bisa menghemat biaya pembersihan lahan sebesar Rp 250.000 per ha. Dengan rincian harga 1 liter pestisida Rp 75.000 dan ongkos menyemprot Rp 50.000 per liter.
Namun untuk pemupukan tanaman, petani tidak bisa melakukan efisiensi. Pemupukan tetap harus dilakukan dua bulan sekali agar produksi buah tetap baik. Dalam pemupukan, satu pohon membutuhkan pupuk sebanyak 1 kg. Dalam 1 ha kebun biasanya ada 140 pohon kelapa sawit sehingga dibutuhkan 140 kg pupuk per ha.
Tidak seperti petani padi, lanjut Dahlan, petani sawit umumnya masih sulit mendapatkan pupuk bersubsidi. Dalam situasi seperti sekarang, hal itu tentu saja sangat memberatkan. “Karena itu, kami berharap kelompok tani kelapa sawit juga diberi kemudahan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi,” katanya.
(liza afrita)***