advertorialPekanbaruPemerintahan

Pekanbaru Siap Menuju Ketahanan Pangan Rumah Tangga

PEKANBARU, Riau Andalas.com- Pekanbaru sebagai kota jasa dan perdagangan sudah dipastikan hampir separuh dari kebutuhan pokok sehari-hari baik beras, sayuran, protein, buah itu didatangkan dari kota lain bahkan provinsi tertangga hingga Pulau Jawa.

Kondisi ini pula yang menyebabkan ketergantungan pasokan membuat gejolak harga dan stok akan terganggu jika sewaktu-waktu ada kendala dalam pendisribusian akibat bencana alam, lonsor, jalan putus dan sebagainya.

Tidak jarang harga cabai merah melambung hingga ratusan ribu, telur ayam, ayam potong harganya naik bahkan beras hingga menyumbang inflasi.

 

Namun melihat ini Pemerintah Kota (Pemko) tidak tinggal diam melalui Dinas Ketahanan Pangan setempat diupakan bagaimana ketahanan pangan rumahtangga itu tidak sepenuhnya tergantung kepada distribusi luar. Tentunya dengan menggelorakan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang sebenarnya sudah ada 2012 lalu dengan kucuran dana pemerintah pusat lewat. Program Percepatan Ketahanan Pangan (P2KP), hanya berganti nama menjadi (KRPL) 2014.

Bedanya Pemko Pekanbaru melalui ketahanan pangan setempat tahun ini mulai menganggarkan pemanfaatan pekarangan rumahtangga dengan tanaman pangan.

KRPL sebuah program mengoptimalisasikan pekarangan yang ada di setiap rumah tangga khususnya perkotaan dengan menanam berbagai macam tanaman pangan penghasil karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.

“Rumah tangga bisa menanam jagung, umbi-umbian, pisang sebagai pengganti beras sumber karbohidrat,” kata Kepala Dinas Ketahanan H Syahmanar S Umar melalui Sekretaris Hj Bestina dijumpai di Pekanbaru, Kamis.

 

Kemudian rumah tangga bisa menanam sayuran, buah, dan memelihara ayam, bebek, dan hewan lainnya juga aneka ikan.

“Sayur dan buah sumber vitamin, ternak ayam dan ikan sumber protein,” tutur Besti.

Menurut dia dalam program ini setiap rumahtangga diharapkan bisa memiliki tanaman pangan sendiri dengan memanfaatkan pekarangan dan teras rumah yang ada untuk menanam aneka bibit cabai, sayur, buah, dan sebagainya. Sehingga akan menjadi kekuatan dan menambah produksi pertanian untuk kebutuhan sehari-hari.

Untuk penerapak KRPL sendiri sebut Besti 2014 Pemko mencoba menerapkan pada enam Kelurahan se Kota Pekanbaru, untuk menerima penyuluhan dan pembuatan pusat pembibitan melalui bantuan dinas.

Ada enam kelurahan yang mendapat KRPL adalah Palas, Limbungan, Simpang Tiga, Kulim, Tuah Karya dan Sago dengan nama kelompok penerima masing-masing Kurnia Harapan, Perdana Limbungan, Sei Mintan Indah, Bunga Kapas, Tuah Bestari, dan Sago Indah.

Jumlah ini berkembang tiap tahun tergantung kemampuan anggaran walau targetnya secara mandiri upaya menanam pekarangan dengan bibit penghasil pangan rumah tangga diharapkan menular secara swadaya dengan melihat dan ketertarikan dari rumah tangga lainnya. Hingga total pada 2016 ada 26 kelompok di Pekanbaru.

“Karena tahun lalu Pemko ada rasionalisasi maka baru tahun ini kembali ada bantuan dari APBD untuk program KRPL ini,” bebernya.

Bentuk bantuan yang diberikan rumah bibit, penyuluhan, sosialisasi dan pendampingan.

Ia menambahkan tujuan dari KRPL untuk mencukupkan kebutuhan sehari-hari rumah tangga dengan membentuk kemandirian pangan melalui tanaman disekitarnya.

“Kita menginginkan seiap rumah tangga bisa menanam beberapa tanaman pangan walau tidak semuanya terpenuhi tetapi setidaknya bisa. Mendukupkan sebahagian saat terjadi kendala distribusi dan kelangkaan akibat bencana.” Tambahnya.

Misalkan cabai merah, tomat, sayuran, buah-biahan sehingga bisa meringankan biaya rumah tangga.

Selain itu ada juga upaya disversifikasi pangan dari beras ke karbohidrat pengganti seperti jagung, umbi-umbian, pisang. Jika budaya mengurangi konsumsi beras ini diterapkan bagi masyarakat cukup banyak keuntungan yang diperoleh. Selain bisa mengurangi kebutuhan dan ketergantungan beras Riau. Ternyata juga menekan keterjangkitan penyakit diabetes.

Apa lagi belakangan beras atau beras dari hasil penelitian memiliki kandungan energi yang terlalu tinggi dengan indeks glikemik yang cukup tinggi (88-89) dan rendah serat. Indeks glikemik adalah ukuran kecepatan makanan diserap menjadi gula darah.

Mengonsumsi nasi tidak diimbangi olahraga atau aktivitas fisik akan menyebabkan penumpukan kalori yang bisa memicu kegemukan maupun peningkatan kadar gula di dalam darah.

Sementara sebaliknya mengkonsumsi umbi-umbian memiliki energi yang rendah dengan indeks glikemik yang rendah dibawah 55 dan tinggi serat. (Adv-Dinas Ketahanan Pangan/Diskominfo)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *