Berita utamaBisnis&EkonomiNasional

Pada kuartal II tahun 2016, kredit modal kerja masih menjadi prioritas utama penyaluran kredit.

JAKARTA ,Riau Andalas.com– Permintaan kredit baru pada kuartal I tahun 2016 secara kuartalan (qtq) tumbuh melambat dari kuartal sebelumnya. Ini terindikasi dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 31,3% atau lebih rendah dari 56,9% pada kuartal sebelumnya.
ilustrasi-bank-indonesia-140619-andri
Perlambatan pertumbuhan permintaan kredit baru terjadi pada kredit modal kerja dan kredit konsumsi, sedangkan permintaan kredit investasi semakin menguat.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara mengatakan, perlambatan permintaan kredit modal kerja dan kredit konsumsi juga tercermin dari pertumbuhan outstanding kredit pada bulan Januari-Februari 2016.

Berdasarkan survei BI, perlambatan pertumbuhan kredit baru tersebut ditengarai akibat belum tingginya kebutuhan pembiayaan korporasi pada awal tahun dan kebijakan perbankan yang selektif dalam pemberian kredit untuk menekan kenaikan risiko kredit bermasalah (NPL).

“Sementara berdasarkan jenis kredit konsumsi, penurunan permintaan terjadi pada kartu kredit dan kredit multiguna. Sedangkan permintaan kredit kendaraan bermotor mengalami peningkatan,” ujar dia di Jakarta, Rabu (13/4/2016).

Bank Indonesia memprediksi, pertumbuhan kuartalan kredit baru mulai menguat pada kuartal II tahun 2016.

“Optimisme peningkatan kredit baru itu didorong oleh perkiraan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik, penurunan suku bunga kredit, dan kondisi likuiditas bank yang mendukung,” papar Tirta.

Pada kuartal II tahun 2016, kredit modal kerja masih menjadi prioritas utama penyaluran kredit. Sementara berdasarkan jenis kredit konsumsi, penyaluran KPR/KPA menjadi target utama konsumen.

Dia mengungkapkan, kebijakan penyaluran kredit perbankan pada kuartal II-2016 juga mendorong laju pertumbuhan kredit.

Adapun optimisme pertumbuhan kredit tahun 2016 menguat tercemin dari rata-rata perkiraan pertumbuhan kredit 2016 sebesar 12,3%. “Tingginya optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit 2016 itu di dorong oleh perkiraan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik, serta rencana penurunan suku bunga kredit, penurunan risiko penyaluran kredit dan peningkatan kondisi likuiditas bank,” jelas Tirta.

Sisi lain, lanjut dia, pertumbuhan kuartalan dana pihak ketiga (DPK) diprediksi menguat pada kuartal II tahun 2016. Menguatnya pertumbuhan DPK, diperkirakan terjadi pada semua jenis simpanan (seperti giro, tabungan dan deposit) terutama didorong oleh suku bunga dana yang masih cukup menarik, peningkatan fasilitas dan pelayanan bank dan pelonggaran kebijakan Bank Indonesia.(Sindo/Hen)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *