AndalasBerita utamaGaya Hidup

Gila! Gara-Gara Medsos 2 Ribuan Keluarga Di Riau Bercerai

images

*Diantaranya berakhir penganiayaan dan pembunuhan

PEKANBARU, Riau Andalas.com--Semakin canggih sisitm teknologi didunia semakin tinggi resiko yang mengancam pada masyarakat. Pasalnya, kecanggihan teknologi tersebut memberikan peluang untuk perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan. Seperti jaringan media sosial (Medsos) komunikasi yang selama ini sudah banyak disalahgunakan dan berujung kahancuran. Contohnya saja, perbuatan penipuan, perselingkuhan, pencemaran nama baik dan lainya, yang akhirnya berurusan dengan hukum.

Menurut Kepala peneliti pengguna media sosial Provinsi Riau, Emrizal S Kom, kasus penyalahgunaan kecanggihan teknologi di media Sosial  tersebut lebih banyak disalahgunakan pada tiga kasus. Yaitu penipuan, pencemaran nama baik dan perselingkuhan. Sedangkan kasus terbesar terjadi pada perselingkuhan yang mengakibatkan perceraian. Bahkan berkahir dengan penganiayaan serta pembunuhan akibat kecemburuan.

Terhitung enam tahun terkahir, mulai tahun 2010-2016 ini kata Emrizal, untuk kasus perceraian di Riau yang disebakan kecemburuan di media sosial mencapai sekitar 2000 lebih kasus, dan 200 diantaranya berakhir dengan penganiayaan dan pembunuhan. Dimana korban penganiayaan dan pembunuhan itu lebih besar terjadi pada kaum perempuan. yang akibatnya menimbulkan kerugian besar, seperti pada keluarga yang ditinggalakan, terutama anak-anak pasangan keluarga.

“Kejadian ini, hampir merata terjadi diseluruh kabupaten kota yang ada di Riau. Behkan kejadian itu rata-rata setiap hari dari berbagai kabupaten kota,” kata Emrizal Kamis (28/4).

Untuk kasus lain seperti penipuan dan pencemaran nama baik, jelasnya, juga cendurung mengalami peningkatan.  Penipuan terjadi tersebut kebanyak menggunaan nama-nama pejabat penting. Sperti pejabat pemerintah, Polri TNI, Kejakasaan dan lainya yang mampu mengelebaui korban. Bahkan akhir-akhir ini juga ada di temukan mengatasnamakan organisasi dan instasi. Seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dalam gencarnya melakukan penindakan pada tidak pidana korupsi. Meskipun sudah banyak yang tertangkap dalam penyalah gunaan tersebut. Tapi itu baru sebagian kecil dan masih banyak lainya yang sampai saat ini masih berjalan.

“Memang untuk penyalahgunaan dan menjadi korban itu kembali pada masyarakat. Namun semua itu tidak lepas juga dari bimbingan pemerintah. Terutama pihak penegak hukum yang bisa terus menghimbau dan melakukan sosialisasi akibat penyalah gunaan media sosial ini. Karena dampaknya tidak hanya pada pelaku dan korban tapi juga generasi penerus yang ikut serta menjadi korban,” tutur Emrizal.

Menaggapi kajadian yang diluar dugaan tersebut, anggota legislator DPRD Riau mengaakan, kejadian ini sangat membutuhkan campur tangan pemerintah terkait. Termasuk anggota DPRD Riau sendiri yang harus bisa membuat program sosialisasi untuk masyarakat dalam penggunaaan media sosial. Agar kedepanya tidak ada lagi kejadian seperti itu. Karena dengan angka kasus yang mencapai ribuan, bahkan sampai berakhir pada penganiayaan dan pembunuhan itu merupakan hal luar biasa di Riau.

“Memang ini sedikit sulit, tapi pasti ada jalan keluarnya, jika tidak maka kejadian itu akan terus mengalami peningkatan,” kata

Sementara disisi lain, Psikolog Riau, Risdayanti mengatakan, kecendrungan masyarakat melakukan penyalahgunaan media sosial itu termotivasi tingkat penasaran. Sehingga untuk melakukan itu mereka terpesonan dan lupa akibat yang akan terjadi. Tambah lagi apa yang mereka lakukan itu tidak ditemui dalam keseharian yang akhirnya mereka terjerumus dalam kegelapan media sosial.

“Sebenarnya kekerasan dalam rumah tangga itu tdk hanya karena cemburu di medsos saja, banyak unsur dan faktor yang terakumulasi. Sehingga kejadian di Medsos itu terkesan itu sebagai pemicu utama,” kata Risdayati.

Lebih jauh Dosen Psikolog UR yang juga Kepala Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Riau tersebut mengatakan, kecemburuan yang berkelebihan sampai pada tingkat penganiayaan bahkan pembunuhan itu, banyak hal sebagai penyebabnya. Diantaranya, sang pelaku memang memiliki tipikal tempremental. Selain itu banyak juga pelaku yang sebelumnya pernah mengalami atau jadi korban sebelumnya. Sehingga merekapun jadi nekat akibat trauma.

“Kecagihan tehnologi ini seumpama dengan pisau. Dan itu tergantung yang menggunakan. Jika di gunakan untuk memasak maka dia positif. Tapi kalau di gunakan tuk membunuh pasti negatif. Artinya Medsos hanya fasilitas dan orangnya lah yang haras tau batas pantas dan tidak pantas, apa lagi yang sudah berkeluarga,” tutur Risdayati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *