Berita utamaNasionalPolitik

Cu, Jakarta Pecah Belah Kita

PEKANBARU, Riauandalas.com– Sesama anak bangsa kembali sahut-menyahut menyemburkan sumpah serapah tanpa tabir. Perangkat- perangkat negara, yang periuk berasnya di isi dari keringat rakyatnya, mengepalkan tangan menusuk kumparan saraf, sepatu menghujam ke ulu hati.

Mungkin tak ada darah yang mencurah deras, tapi seketika membuat anemia dan amnesia bahwa kita dari satu rahim Melayu. Dengan segala argumen, tak akan ditemukan pembenaran bagi polisi pamong praja di kabupaten Kampar berlaku beringas. Apatah lagi pada mereka yang menuntut hak atas abdi berbulan yang semakin sumir.

Benar itu hanya tindakan oknum, namun tetap akan diasosiasikan sebagai perpanjangan sikap dan tindak dari pucuk pemegang kuasa di wilayah administratif kabupaten.

Lalu apa pokok pangkal yang membuat akal tak lagi berkelindan dengan nurani? Jelas uang, atau dibuku lintang disematkan dengan nama Anggaran. Rasionalisasi, itu kata mereka yang sudah terbiasa menghabiskan uang negara pada akhir tahun, tuk melancong ke pulau atau negeri tetangga.

Logika DBH, Jakarta terjemahkan dengan sunsang, tempat asal hanya dapat ampas. Menkeu yang katanya terbaik seantero itu, dengan raut kompeni tanpa malu comot sana-sini hak daerah tuk biaya potong pita si juragan. Pemda kelabakan, tapi sayang, tak bernyali membangkang.

Kekayaan yang tuhan titipkan pada bumi tempat berpijak, rasanya menjadi kutukan. Tak pernah kita yang punya, sedepa dibelakang pintu rumah sudah menjadi hak usaha dan kuasa yang diberikan Jakarta pada cukong atau aparat berseragam kapitalis.

Kata Prof Vedi Hadiz, penguasaan maupun pengendalian sumber kekayaan dan ekonomi kita oleh etnis dari utara, maupun aparat berseragam yang sudah terjadi puluhan tahun ini, bukanlah suatu kebetulan, ataupun kemahiran mereka berbisnis. Tapi karena Jakarta memberikan akses, dan itu berguna untuk melanggengkan kekuasaannya. Dipraktekkan setiap rezim, sampai saat ini.

Mereka angkut ratusan triliun rupiah tiap tahunnya dari bumi Riau. Disini kita dapat apa? Ada, pribumi babu kasar, dan babu necis penyambung lidah mereka.

Palagan serupa di Kampar bukan pertama, dan belum akan menjadi yang terakhir. Keadaan keuangan semua pemerintahan kabupaten/kota di Riau mengalami depresi, sebab Jakarta rampas paksa. Lalu apa alasan Riau bertahan diatas nama NKRI ini?, tak ada, masih banyak bilik lain, Federasi, Otsus untuk Riau, atau Merdeka jadi sangat menggoda.

Oleh : Alwira Fanzary
Ketua OKP Lingkar Anak Negeri Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *