Palembang

Eksistensi Bahasa Indonesia

PALEMBANG, Riau Andalas. com – Workshop penggunaan bahasa Indonesia diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Nurul Huda, Sukaraja bersama Balai Bahasa Sumatera Selatan (Sumsel) dan Pengurus Pusat (PP) Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (IMABSII) di Aula kampus B STKIP Nurul Huda, Desa Sukaraja, Kab. OKU Timur, Prov. Sumatera Selatan, Kamis (30/03/2017) kemarin. Kegiatan ini diisi dengan Pengenalan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) oleh kepala Balai Bahasa Sumsel, Aminu Latief, S.E., M.Pd. Penyuluhan Bahasa dalam tata dinas oleh Fendy dari Balai Bahasa Sumsel dan materi terkait peran Generasi Muda dalam Menyikapi Kesalahan Berbahasa di Sosial Media dan Lingkungan oleh Sekjen PP IMABSII, Dira Wulandari.

“Bahasa yang mendominasi di Sumatera Selatan ada dua, yaitu bahasa Melayu dan Komering. Penggunaan Bahasa Indonesia harus diutamakan dengan tidak melupakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan jangan lupa untuk menguasai bahasa asing sebagai pola perkembangan kita, bahwa bahasa juga mengalamai perkembangan dan kita harus mengikuti perkembangan itu. Termasuk dalam bahasa Indonesia sendiri juga mengalami perkembangan, dari EYD menjadi PUEBI,” tegas kepala balai bahasa saat menyampaikan pemaparannya.

Setelah usai istirahat diisi dengan tes Uji Kompetensi Bahasa Indonesia (UKBI). Peserta sangat antusias hal ini terlihat dengan partisipasi mereka yang semangat mengikuti acara. Sebanyak 250 peserta dari STKIP Nurul Huda termasuk delegasi dari Universitas Sriwijaya, Universitas PGRI Palembang dan Universitas Baturaja.

Sekjen PP IMABSII turut hadir bersama pengurus Wilayah Sumatera dan staff Departemen Pengembangan Organisasi Miftahul Huda, Sekumwil IMABSII Sumatera Asep Suryana, Kadep. Pengembangan Organisasi WIlayah Sumatera Muhammad Rozani dan turut hadir juga Ahmad Solihin, S.Pd., dari IKIP PGRI Madiun.
“Media sosial dan lingkungan adalah sistem kehidupan yang tidak terlepas dari kita, begitu juga kesalahan dalam berbahasa sering terjadi dan sulit dihindari. Parameter yang sering digunakan untuk mengukur kesalahan berbahasa adalah sistem kaidah yang baik dan benar. Hal ini belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat dan mahasiswa. Generasi muda diupayakan mampu menjadi pelopor dalam berbahasa yang baik dan santun,” ungkap Sekjen IMABSII.
Ketua pelaksana, Miftahul Huda menegaskan bahwa pentingnya kegiatan ini dimasifkan. “Banyak dosen dan guru juga tidak tahu apa itu PUEBI dan tes UKBI, apalagi mahasiswa. Oleh karenanya kegiatan seperti ini harus terus ditingkatkan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan praktisi bahasa,” paparnya. (pk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *